Pondasi Mental Hadapi UN adalah Pendidikan Karakter "Kejujuran"


Pendidikan Karakter adalah Pendidikan yang masih hangat dibicarakan di dunia pendidikan, Pendidikan karakter adalah dasar dari pelaksanaan kurikulum 2013, nah berikut ini Pendapat tentang pendidikan karakter yang berasal dari Sekolah-sekolah diLabuan Bajo, Manggarai Barat NTT.
Kepala sekolah Sahamad H. Yusuf melihat tidak ada peserta yang terlihat stres karena mental mereka sudah dididik untuk selalu siap. "Kami melakukan doa bersama, menyarankan murid-murid untuk meminta restu orang tua, saudara, dan guru, karena restu Tuhan tergantung dari restu orang tua kita" . penjelasan dari bapak kepala sekolah.Pendidikan karakter yang terus ditanamkan di Madrasah Aliyah (MA) Labuan Bajo, Manggarai Barat NTT. 
Tidak hanya itu, sekolah terus menekankan pendidikan karakter kejujuran sehingga tidak pernah ada kejadian saling menyontek atau bocoran soal. "Pendidikan karakter yang kami tanamkan kejujuran. Manusia buat apa artinya kaya, punya jabatan tetapi tidak jujur. Jujur artinya percaya pada dirinya," tandas Sahamad.
Sahamad menilai hasil penerapan nilai kejujuran ini berpengaruh pada sikap positif peserta UN sehingga dapat melaksanakan UN dengan baik.

Nilai-nilai universal yang terangkum dalam pendidikan karakter seperti kejujuran, optimisme, kerja keras, rajin belajar, disiplin, menjadi pondasi yang melekat dalam jiwa siswa-siswi, khususnya bagi mereka yang menjalani Ujian Nasional (UN).
Nilai-nilai inilah yang selalu ditanamkan di setiap sekolah di kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) sehingga menumbuhkan kesadaran para siswa untuk jujur dan optimis terhadap UN.
Seperti yang dilakukan di SMA Kristen St. Familia, Kecamatan Lembor, Manggarai Barat NTT, yang selalu menanamkan kejujuran dalam kegiatan belajar keseharian. Romo Kornelis Hardin selaku kepala sekolah menerangkan penanaman nilai dimulai dari pembiasaan mengerjakan soal ulangan. "Kita menanamkan kejujuran dalam keseharian. Mulai dari ulangan harian dan semester kami sistem silang dan lebur. Kelas 1, 2, dan 3 dalam satu ruang," jelasnya.
Melalui kebiasaan inilah, murid diharapkan dapat mengerti dan memahami kejujuran sehingga secara bawah sadar dirinya sudah siap menghadapi berbagai ujian, termasuk UN.
"Kejujuran paling penting. Walau pandai dan pintar tapi jika tidak jujur tidak ada gunanya nilai 10 dari menyontek. Kepuasan pribadi nilai ternyata belum tentu memuaskan batinnya. Setelah keluar dari masyarakat, kejujuran menjadi nomor satu, dan bertanggung jawab diri sehingga di masyarakat tahu nilai-nilai baik dan buruk," papar Romo.
Senada dengan para kepala sekolah tersebut, Laurensius Idin, kepala SMA N 1 Sano Nggoang Kecamatan Lembor, Manggarai Barat NTT mengungkapkan murid-muridnya saling menyemangati satu sama lain. Tidak ada sedikitpun rona pesimis dalam menghadapi UN. "Pendidikan di sekolah tidak hanya akademis tetapi juga karakter untuk selalu semangat, jujur, saling memotivasi, dan berdoa bersama," pungkasnya.

Dan ternyata sistem adat di masyarakat Manggarai juga mampu menjadi kontrol sosial dalam penanaman pendidikan karakter seperti yang dikemukakan kepala MA Jabal Nur Kecamatan Lembor, Manggarai Barat, NTT, Harju Jamaa.
"Masyarakat disini jika ada anak yang melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, akan bersama-sama mengumpulkan uang untuk menyekolahkan anak tersebut. Jika kemudian disalahgunakan maka masyarakat menganggap anak dan keluarga itu tidak baik. Disinilah ada keteladanan dalam menanamkan nilai kejujuran, gotong royong, dan tanggung jawab di masyarakat," jelasnya.

demikian opini tentang pendidikan karakter dalam kaitannya dengan Ujian Nasional, bagaimana didaerah anda dengan adanya Pendidikan karakter ???


LIHAT JUGA INFO INI

Powered by FeedBurner

DN Webs weblinkexchange.ownpeg.com

Designed By Seo Blogger Templates
//add jQuery library